Sungguh ironis apa yang terjadi di tanah air kita yang tercinta.
Orang bilang katanya Indonesia itu bagaikan ladang yang subur, seperti ungkapan
yang sering kita dengar “tongkat kayu dan batu pun bisa jadi tanaman”.
Mungkin ada benarnya juga ungkapan tersebut. Apalagi kita melihat
keadaan Negara kita dari segi kepercayaan yang dianut penduduknya misalnya.
Berbagai macam aliran bisa tumbuh dengan suburnya, dan yang lebih menakjubkan
lagi aliran sesat apapun itu, pasti ada saja pengikutnya yang rela menjadi
penolong-penolongnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa islam merupakan agama mayoritas seperti
yang diakui oleh dunia. Contohnya syaikh ibn al-utsaimin (seorang ulama di
Negara dua tanah suci ini) ketika ditanya “apakah Indonesia bisa dikatagorikan
sebagai Negara muslim”, beliau pun menjawab bahwa Indonesia adalah Negara kaum
muslimin.
Mari kita merenungkan dan mencermati dengan seksama, sebenarnya
dari mana seharusnya kita mengambil agama yang kita pegang ini ? Tentu setelah
kita meyakini bahwa islam yang diturunkan kepada Rasulullah adalah satu-satunya
agama yang diridhoi oleh Allah.
Sebagian besar masyarakat awam kita bingung dalam menentukan sikap.
Pernah kami mendengar dari telinga kepala sendiri ungkapan yang mungkin
kedengaran lucu “mana sebenarnya kebenaran
yang harus kita ikuti ?”, ada pula yang menyela dari mereka “yang penting kan
niat kita baik, jadi jalankan saja apa yang kita anggap benar, insya Allah akan
diterima gusti Allah”.
Sekilas jawaban tersebut ada benarnya, karena kewajiban seorang awwam
adalah taqlid yaitu mengikuti ulama/orang yang berilmu didaerahnya. Kami
hanya bisa mengusap dada melihat kenyataan ini. Teringat sebuah sabda baginda
Rosul :
“Artinya: Dari Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiallohu ta’ala ‘anhu berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”. Aku bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: “Ya”, dai – dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita”. Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”. Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?” Beliau bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
Ya kawan, zaman itu adalah zaman kita ini. Ketika waktu yang pernah
kita lewati ternyata lebih baik dari yang sekarang. Apakah yang harus saya dan
antum lakukan ?. marilah kita sama-sama memegang erat tali islam ini dengan
menggali ilmu yang kita butuhkan dari para ahlinya. Sebelum ilmu dan ulama diangkat
oleh Allah dari muka bumi ini.
“Sesungguhnya Allah tidak menghilangkan ilmu secara
seketika dari para hamba. Namun Allah menghilangkannya dengan mewafatkan para
ulama. Sehingga ketika tidak tersisa seorang ulama pun, orang-orang mengangkat
orang jahil sebagai pemimpin. Orang-orang bertanya kepada mereka tersebut dan
mereka menjawab dengan tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan menyesatkan” (HR. Bukhari no.100)